Pengertian Eksistensi Pemuda Anti Hoax
Menurut KBBI
Eksistensi adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan.
Abidin
Zaenal eksistensi adalah : “Eksistensi adalah suatu
proses yang dinamis, suatu, menjadi atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata
eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui
atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur
atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung
pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya”.
Nadia
Juli Indrani, eksistensi bisa kita kenal juga dengan satu
kata yaitu keberadaan. Dimana keberadaan yang dimaksud adalah adanya pengaruh
atas ada atau tidak adanya kita. Istilah “ hukuman” merupakan istilah umum dan
konvensional yang mempunyai arti yang luas dan dapat berubah-ubah karena
istilah itu dapat berkonotasi dengan bidang yang cukup luas. Istilah tersebut
tidak hanya sering digunakan dalam bidang hukum, tetapi juga dalam istilah
sehari-hari seperti di bidang moral, agama dan lain sebagainya.
Eksistensi yang
dimaksud adalah mengenai keberadaan aturan atau hukum yang mengakibatkan perubahannya suatu hal.
Pemuda
Pemuda adalah individu
yang berada pada tahap yang progresif dan dinamis, sehingga kerap kali pada
fase ini dikatakan sebagai usia yang produktif untuk melakukan berbagai bentuk
kegiatan, baik belajar, bekerja, dan lain sebagainya.
Pengertian pemuda adalah
seseorang yang berusia 10 sampai 24 tahun (young people), sedangkan untuk
usia 10 sampai 19 tahun disebut WHO menyebutnya dengan adolescenea/
remaja.
Mulyana (2011)
Definisi pemuda adalah individu
yang memiliki karakter dinamis, artinya bisa memiliki karakter yang bergejolak,
optimis, dan belum mampu mengendalikan emosi yang stabil.
RUU Kepemudaan
Arti pemuda adalah inidvidu yang
berusia 18 sampai dengan 35 tahun.
Koentjaraningrat (1997)
Pengertian masa muda/kepemudaan/pemuda
adalah suatu fase yang berada dalam siklus kehidupan manusia, dimana fase
tersebut bisa kearah perkembangan atau perubahan.
Taufik Abdullah
(1974)
Pemuda adalah generasi baru dalam
sebuah komunitas masyarakat untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Membangun
Membangun [mem·ba·ngun]
Kata Verbia (kata kerja)
Dari kata dasar: bangun.
Arti: bangkit
berdiri; naik (tentang awan dan sebagainya)
contoh: 'mega membangun'
contoh: 'mega membangun'
membangun [mem·ba·ngun]
Kata Verbia (kata kerja)
Dari kata dasar: bangun.
1) mendirikan
(mengadakan gedung dan sebagainya)
contoh: 'mereka sedang membangun benteng di tempat itu'
contoh: 'mereka sedang membangun benteng di tempat itu'
2) membina
contoh: 'kita harus membangun negara kesatuan kita'
contoh: 'kita harus membangun negara kesatuan kita'
3) (bersifat)
memperbaiki
contoh: 'kritik yang membangun sangat diharapkan'
contoh: 'kritik yang membangun sangat diharapkan'
membangun [mem·ba·ngun]
Kata Verbia (kata kerja)
Dari kata dasar: bangun.
Arti: membayar
bangun (denda, ganti rugi)
contoh: 'membunuh tidak membangun'
contoh: 'membunuh tidak membangun'
kritik membangun:
kritik yang bersifat memperbaiki;
teja membangun:
teja yang berdiri;
Generasi
Arti kata generasi adalah sekalian orang yang kira-kira sama waktu
hidupnya. Generasi juga berarti
angkatan. Generasi juga berarti
turunan
Arti kata generasi adalah masa orang-orang satu angkatan hidup
Contoh: Kira-kira dua generasi lagi bangsa in-donesia sudah dapat berbahasa nasional dengan baik dan benar
Contoh: Kira-kira dua generasi lagi bangsa in-donesia sudah dapat berbahasa nasional dengan baik dan benar
Arti istilah generasi muda adalah kelompok
(golongan, kaum) muda
Arti istilah generasi pelanjut adalah generasi
penerus
Arti istilah generasi penerus adalah generasi yang
akan melan-jutkan generasi sebelumnya
Arti istilah generasi politik adalah generasi
masya-rakat yang sezaman yang sama memiliki (merasakan) pengalaman sejarah yang
bersifat mendasar pada usia formatif (antara 17–25 tahun)
Arti istilah generasi tua adalah kelompok
(golongan, ka-um) tua
Anti
Arti: tidak
setuju; tidak suka; tidak senang
Hoax
Berita palsu atau berita bohong atau
hoaks (bahasa Inggris: hoax) adalah informasi
yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Hal ini
tidak sama dengan rumor, ilmu semu, maupun April Mop.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), hoaks atau hoax adalah berita bohong atau berita tidak bersumber. Hoax
adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar
adanya.
Silverman , hoax adalah sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja
disesatkan, namun 'dijual sebagai kebenaran.
Werme , hoax adalah berita palsu yang mengandung informasi
yang sengaja menyesatkan orang dan memiliki agenda politik tertentu. Hoaks
bukan sekedar misleading alias menyesatkan, informasi dalam fake news juga tidak memiliki landasan faktual, namun disajikan
seolah-olah sebagai serangkaian fakta.
Eksistensi Pemuda Dalam Membangun
Generasi Anti Hoak
Pramuka.
Dasa Dharma Pramuka ke-10, yaitu "Suci dalam pikiran, perkataan, dan
perbuatan". Pribadi yang memiliki pikiran, perkataan, dan perbuatan yang
suci tidak akan membuat dan menyebarkan berita bohong tetapi
informasi-informasi yang baik untuk masyarakat. Apalagi, seiring dengan perkembangan
teknologi dan informasi, keberadaan berita bohong, berita palsu, dan berita
salah menjadi tantangan nyata yang dihadapi bangsa Indonesia, dan seluruh umat
manusia di dunia.
post-truth ketika
kebenaran tidak lagi bersandar pada fakta melainkan emosi dan pandangan
subjektif.
"Akibatnya,
tidak sedikit masyarakat termasuk anak-anak percaya dengan berita yang viral
tanpa memastikan kebenarannya
Hati-hati dengan judul
provokatif
Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax.
Cermati alamat situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Berita yang berasal dari situs media yang sudah terverifikasi Dewan Pers akan lebih mudah diminta pertanggungjawabannya.
Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.
Periksa fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri? Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.
Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita, sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.
Cek keaslian foto
Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.
Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.
Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax.
Cermati alamat situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Berita yang berasal dari situs media yang sudah terverifikasi Dewan Pers akan lebih mudah diminta pertanggungjawabannya.
Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.
Periksa fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri? Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.
Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita, sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.
Cek keaslian foto
Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.
Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.
Ikut serta grup diskusi
anti-hoax
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti-hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.
Di grup-grup diskusi ini, warganet bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang.
Menyebar Hoax.
1. Banyak orang sebenarnya tidak membaca konten yang mereka bagikan. Mereka hanya membaca judulnya.
Untuk mencegah Anda sendiri menjadi penyebar hoax, hilangkanlah kebiasaan membagikan konten tanpa membaca isinya secara menyeluruh.
2. Orang sering tidak mempertimbangkan legitimasi sumber berita
Situs berita hoax bisa muncul tiap saat, tetapi kita sebenarnya bisa menghindari jebakannya dengan bersikap lebih hati-hati melihat sebuah situs. Sikap hati-hati ini juga berlaku bagi narasumber yang mereka kutip, minimal dengan mencari referensi lanjutan di Google atau situs lain yang sudah terpercaya.
3. Orang cenderung mudah kena bias konfirmasi
Orang punya kecenderungan untuk menyukai konten yang memperkuat kepercayaan atau ideologi diri atau kelompoknya. Hal ini membuat kita rentan membagikan konten yang sesuai dengan pandangan kita, sekalipun konten tersebut hoax.
Jika Anda membaca berita yang betul-betul secara sempurna mengukuhkan keyakinan Anda, Anda harus lebih berhati-hati dan tidak buru-buru memencet tombol share.
4. Orang mengukur legitimasi konten dari berita terkait
Sebuah berita belum tentu bukan hoax hanya karena Anda melihat konten terkait di media sosial. Jangan buru-buru menyimpulkan lalu ikut membagikannya. Kadang-kadang, hoax memang diolah dari berita media terpercaya, hanya saja isinya sudah diplintir.
5. Makin sering orang melihat sebuah konten, makin mudah mereka mempercayainya
Hanya karena banyak teman-teman Anda share berita tertentu, bukan berarti berita tersebut pasti benar. Alih-alih langsung mempercayai dan membagikannya, Anda bisa mencegah ikut ramai-ramai termakan hoax dengan melakukan pengecekan lebih lanjut.
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti-hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.
Di grup-grup diskusi ini, warganet bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang.
Menyebar Hoax.
1. Banyak orang sebenarnya tidak membaca konten yang mereka bagikan. Mereka hanya membaca judulnya.
Untuk mencegah Anda sendiri menjadi penyebar hoax, hilangkanlah kebiasaan membagikan konten tanpa membaca isinya secara menyeluruh.
2. Orang sering tidak mempertimbangkan legitimasi sumber berita
Situs berita hoax bisa muncul tiap saat, tetapi kita sebenarnya bisa menghindari jebakannya dengan bersikap lebih hati-hati melihat sebuah situs. Sikap hati-hati ini juga berlaku bagi narasumber yang mereka kutip, minimal dengan mencari referensi lanjutan di Google atau situs lain yang sudah terpercaya.
3. Orang cenderung mudah kena bias konfirmasi
Orang punya kecenderungan untuk menyukai konten yang memperkuat kepercayaan atau ideologi diri atau kelompoknya. Hal ini membuat kita rentan membagikan konten yang sesuai dengan pandangan kita, sekalipun konten tersebut hoax.
Jika Anda membaca berita yang betul-betul secara sempurna mengukuhkan keyakinan Anda, Anda harus lebih berhati-hati dan tidak buru-buru memencet tombol share.
4. Orang mengukur legitimasi konten dari berita terkait
Sebuah berita belum tentu bukan hoax hanya karena Anda melihat konten terkait di media sosial. Jangan buru-buru menyimpulkan lalu ikut membagikannya. Kadang-kadang, hoax memang diolah dari berita media terpercaya, hanya saja isinya sudah diplintir.
5. Makin sering orang melihat sebuah konten, makin mudah mereka mempercayainya
Hanya karena banyak teman-teman Anda share berita tertentu, bukan berarti berita tersebut pasti benar. Alih-alih langsung mempercayai dan membagikannya, Anda bisa mencegah ikut ramai-ramai termakan hoax dengan melakukan pengecekan lebih lanjut.
Tabayun
Berita bohong telah menjelma begitu menakutkan bagi masyarakat
modern, tidak saja di Indonesia, tetapi juga dunia. Beragam ide untuk membentuk
regulasi dalam mengatasi hal ini telah didiskusikan secara serius oleh banyak
pihak, termasuk pemerintah.
Tetapi,
mengapa berita bohong menjelma menjadi sangat menakutkan belakangan ini?
Tidak
lain karena sekarang adalah masa dimana setiap manusia bisa ‘berbicara’ dalam beragam
wujud, terutama rangkaian aksara lewat apa yang kita kenal dengan istilah media
sosial. Meskipun sejatinya hoax tidak melulu hadir melalui media sosial, bisa
juga melalui media massa.
Di
saat yang sama, kepentingan-kepentingan tertentu telah menjadikan upaya massif
menggiring opini publik lewat media sosial yang tentu saja memancing munculnya
‘perang’ opini di media sosial.
Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang fasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita
penting, maka tabayyunlah (telitilah
dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas
dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan
kalian.” (QS. Al-Hujurat [49]: 6).
menghidupkan nalar
Bernalar
mungkin biasa kita dengar. Tapi apakah sudah biasa dilakukan, ini mungkin yang
penting untuk kembali dihidupkan.
Bernalar
adalah proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan atau
pengetahuan yang dapat bersifat ilmiah dan tidak ilmiah.
Lebih
jauh ditegaskan, bernalar akan membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat,
dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindarkan kekeliruan.
Dan,
bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan
keyakinan seseorang, karena penalaran mendidik manusia bersikap objektif,
tegas, dan berani; suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala kondisi.
Dengan
demikian, menghidupkan nalar, di antaranya merupakan langkah lanjutan dari
tradisi tabayyun sebagaimana langkah pertama dalam bahasan ini
yang kemudian segala macam berita yang masuk kita validasi secara nalar dan
dalam konteks ajaran Islam tentu harus merujuk pada Al-Qur’an dan Sunnah serta
ulama.
Langkah sederhananya, setiap informasi atau berita yang masuk
ditimbang baik-baik, mulai dari asal-usul, kebenaran, manfaat dan maslahat.
Jika memang sudah dapat diyakini info itu benar, penting, dan bermanfaat,
menyebarluaskannya tentu suatu kebaikan. Tetapi, jika tidak, sebaiknya tidak
melakukan apapun, apalagi men-share ke
orang lain yang bisa jadi menimbulkan kemudharatan yang tidak disangka.
jauhi
akun anonim
Terakhir,
agar selamat dari berita bohong, abaikan akun-akun anonim di media sosial,
terutama di twitter yang mana akun anonim punya kebiasaan berkata-kata negatif
secara serampangan. Hal ini mungkin terjadi karena mereka memang menggunakan
akun bukan asli, sehingga merasa aman dari diketahui orang lain.
Sebaliknya,
rujuklah akun-akun yang normal, jelas, bisa ditemui dan diambil ilmu dan
manfaatnya. Jika butuh info penting terupdate soal apapun, rujuklah mereka yang
bisa kita jamin komitmennya terhadap kebenaran dan kejujuran serta keadilan.
Dengan
kata lain, ternyata pesan orang tua terdahulu agar kita berupaya mencari teman
orang-orang yang sholeh ‘wong kang sholeh
kumpulono’ masih harus menjadi perhatian, sebab tidak saja
dibutuhkan dalam interaksi di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya.
Membangun
Generasi anti hoax dengan menyibukkan diri beraktivitas.
·
Aktif
Kuliah
·
Kerja
·
Berorganisasi
Ketika Generasi
Muda Aktif dalam beragam kegiatan minimal bisa menjadi rem untuk terpancing
hoax.
1. Aktif di Organisasi
Beragam
Organisasi Mahasiswa
Intra / Ekstra kampus ---- belajar banyak hal mengenai kerja sama,
manajemen waktu dan tugas, menghargai orang lain. relasi soft skill
2. Menjadi Guru Les / Ngaji
3. Relawan
Sesuaikan
dengan kemampuan dan waktumu. Menjadi relawan bisa mengasah jiwamu untuk lebih
peka terhadap lingungan sekitar. Kamu akan belajar mencari solusi dari berbagai
permasalahan. memperluas jaringan sosial dan dewasa..
4. Nggarap Proyek Penelitian
5. Magang
6. Ikut lomba-lomba kepenulisan
7. meNgurusi Umat
8. Kreatip bertahan hidup
Mengajak Memerangi Hoax
generasi yang lahir pada era tahun 1980-an hingga
2000-an—merupakan generasi yang dinilai paling rentan ‘tertelan’ oleh berita
bohong atau hoax. Pernyataan tersebut terlontar oleh Septiaji
Eko Nugroho, Ketua Masyarakat Indonesia Anti-Hoax dalam deklarasi Gerakan
Bersama Anti Hoax yang diadakan di Jakarta, Minggu (8/1/2016).
“Generasi millenial adalah yang paling rentan terhadap bahaya hoax. Sangat
disayangkan jika Indonesia yang harusnya bisa menikmati ‘bonus’ demografi di
2030 nanti, malah diisi oleh orang-orang yang tidak cerdas dalam bermedia
sosial,” kata Septiaji dalam keterangan tertulis yang dimuat di laman
Kementerian Komunikasi Infortmatika (Kemkominfo).
Oleh karena itu, Septiaji mengatakan bahwa mau tak
mau generasi millenial harus diberikan sosialisasi akan bahaya dari penyebaran
berita hoax itu sendiri. Salah satunya adalah dengan mengikuti gerakan
Masyarakat Indonesia Anti Hoax. Septiaji mengungkapkan,
pihaknya juga telah merangkul kalangan dari generasi millenial untuk mengikuti
edukasi mendalam terkait fenomena penyebaran berita hoax. “Kami menyiapkan
Code of Conduct, semacam aturan berkomunikasi dengan cerdas di media sosial,
selain itu ada pula gerakan literasi media ke masyarakat, roadshow ke institusi
pendidikan, seperti kampus, sekolah pesantren, ormas, ulama dan pemuka agama,
budayawan dan banyak lagi,” tandasnya.
Seperti diwartakan sebelumnya, Masyarakat Indonesia
Anti-Hoax adalah gerakan yang mengajak seluruh masyarakat agar peduli memerangi
penyebaran informasi hoax di media sosial. Gerakan Masyarakat Indonesia
Anti-Hoax ini juga telah dibentuk di kota-kota lain. Cara kerjanya akan
disesuaikan dengan kebutuhan daerah tersebut. Contohnya, untuk di
Yogyakarta pendekatannya lebih ke arah budaya. Surabaya lebih ke akademis.
Semuanya nanti akan bekerja secara independen, sementara Masyarakat Indonesia
Anti-Hoax inti hanya akan berperan sebagai kordinator.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar